TINJAUAN OBJEKTIF NASKAH DRAMA BAPAK
KARYA
B. SOELARTO
MAKALAH
Diajukan
guna melengkapi tugas mata kuliah Apresiasi Drama
Oleh
:
Indri
Lestari
100210402103
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Makna kata tinjauan yang penulis gunakan dalam makalah
ini adalah pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari,dsb) (Kamus
Besar Bahasa Indonesia). Artinya, pendapat yang penulis ungkapkan dalam makalah
ini adalah hasil yang didapat setelah membaca dan mempelajari naskah drama Bapak.
Karya sastra merupakan hasil pemekiran dan cerminan dari
sebuah budaya kelompaok masyarakat mana saja yang memiliki kebudayaan, oleh
karena itu daloam karya satra banyak menceritakan tentang interaksi manusia
dengan manusia dan lingkunganya. Karya sastra juga merupakan salah satu
ungkapan rasa estetis dari seorang pengarang terhadap alam sekitarnya.
Drama tergolong jenis karya sastra disamping puisi dan
prosa. Karya drama diciptakan pengarang berdasarkan pikiran atau imajinasi,
perasaan dan pengalaman hidupnya. Drama sebagai karya sastra merupakan objek
yang terikat pada pengarang, realitas, dan penikmat.
Kata drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti action
dalam bahasa Inggris, dan ‘gerak’ dalam bahasa Indonesia. Jadi secara mudah
drama dapat kita artikan sebagai bentuk seni yang berusaha mengungkapkan
perihal kehidupan manusia melalui gerak atau action dan percakapan serta
dialog.
Drama yang termasuk dalam karya sastra adalah naskah
ceritanya. Sebagai karya sastra, drama memiliki keunikan tersendiri. Dia
diciptakan tidak untuk dibaca saja, namun jug harus memiliki kemungkinan untuk
dipentaskan. Karya drama sebagai karya sastra dapat berupa rekaman dari
perjalanan hidup pengarang yang menciptakannya. Pengarang dapat diilhami
pengarang lain, disamping masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Karya drama
merupakan tempat kita masuk ke dalam penyatuan secara spiritual dan humanistic
dengan pikiran dan kepercayaan pengarang
Naskah yang berjudul Bapak
merupakan sebuah drama ciptaan B. Soelarto. Drama ini merupakan drama dua
babak. Dalam makalah ini, penulis menggunakan pendekatan objektif sebagai
pendekatan dalam menganalisis Bapak.
Pendekatan objektif merupakan sebuah pendekatan yang menekankan karya sastra
sebagai struktur yang sedikit banyak bersifat otonom (Teeuw, 2003: 100).
Pendekatan ini mencoba untuk memaparkan suatu karya sastra secara struktural.
Oleh karena itu, penulis tidak mengaitkan karya dengan lingkungannya, seperti
pengarang dan pembacanya. Penulis hanya membahas perihal unsur-unsur intrinsik
yang membangun keutuhan karya, yaitu plot atau alur, latar, tokoh dan
penokohan, tema dan amanat.
1.2
Rumusan Masalah
Apa plot atau alur,
latar, tokoh dan penokohan, tema serta amanat dalam naskah drama Bapak karya B. Soelarto?
1.3
Tujuan
Mengapresiasi
naskah drama Bapak melalui pendekatan
objektif.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif adalah
pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan dan
memandang karya sastra adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Pendekatan yang
dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang
berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang
mmeliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting,
karakter, dan sebagainya. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana
kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua
unsur-unsur pembentuknya.
Pada teori objektif juga berhubungan
dengan teori ekspresif yang memandang suatu karya seni yang secara esensial
sebagai dunia internal (pengarang) yang terungkap sehingga menjadi dunia
eksternal (berupa karya seni) yang perwujudannya melalui proses kreatif
sehingga menghasilkan suatu karya sastra.
Telaah struktur tersebut juga harus
dikaitkan dengan fungsi struktur lainnya yang dapat berupa pararelisme,
pertentangan, inverse, dan kesetaraan. Dalam karya yang lebih luas seperti
novel, struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat
dikaji berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter,
setting, point of view. Untuk mengetahui keseluruhan makna, maka unsur-unsur
tersebut harus dihubungkan satu sama lain.Kemudian penilaian dengan menggunakan
pendekatan objektif juga berarti menilai suatu karya sastra secara objektif,
tidak dengan pendapat pribadi (subjektif). Penilaian tersebut dengan
mempertimbangkan adanya relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar
melalui jalan seni, imajinasi maupun rekaan yang keseluruhannya memiliki
kasatuan yang utuh, selaras, serta padu dalam pencapaian tujuan tertentu atau
memiliki integritas, harmony, dan unity dan daya ungkap, keluasan, serta daya
pukau yang disajikan lewat texture serta penataan unsur-unsur kebahasaan maupun
struktur verbalnya.
2.2
Tinjauan Objektif Naskah Drama Bapak
2.2.1 Plot atau Alur
Plot/Alur adalah jalan cerita atau rangkaian peristiwa yang
disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang menunjukkan sebab akibat).
Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan
plot atau alur dalam prosa fiksi. Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang
dimulai dari tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan
puncak, tahapan peleraian, dan tahapan akhir. Hanya saja dalam drama plot atau
alur itu dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan. Babak adalah bagian dari
plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh perubahan setting atau
latar. Sedangkan adegan merupan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh
ataupun perubahan yang dibicarakan.
Plot atau alur dalam drama dibagi dalam babak dan adegan.
Babak dan adegan inilah yang membedakan drama dengan karya sastra lainnya.
Drama Bapak karya B. Soelarto
berjalan maju. Dalam naskah drama”Bapak”
ini, meskipun pada bawah judul tertera lakon dua babak, namun jika dianalisis
lebih dalam, seluruh kejadian berlangsung pada satu tempat dan satu waktu.
Sedangkan adegan pada drama ini, berlatar ruang tamu sebuah keluarga, awalnya
diisi dengan Bapak yang berbicara sendiri mengenai putranya yang baru datang
merantau, adegan kedua diisi dengan munculnya Bungsu yang menemani Bapak
mengobrol.
Adegan
selanjutnya Sulung datang dan mulai beradu mulut dengan Bapak. Kemudian Bungsu
pergi ke luar. Setelah adu mulut itu, Sulung pergi ke kamarnya, Bapak
membuntuti karena curiga mendengar suara radio pemancar. Adegan selanjutnya
Bungsu kembali ke ruang tamu karena Perwira datang. Kemudian mereka terkejut
dengan suara tembakan. Adegan selanjutnya Bapak muncul dengan pistol dan
map-map tebal di tangannya. Perwira pergi ke kamar Sulung dan mendapati Sulung
mati. Perwira kembali ke ruang tamu membawa bukti-bukti penghianatan Sulung.
Bapak sangat kecewa dan Bungsu menangis. Bapak meminta Perwira membawa pergi
Bungsu sedangkan Bapak tetap di rumah dengan perasaan bangga sekaligus kecewa.
2.2.2 Latar
Latar
atau setting adalah penggambaran terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita
meliputi tempat, waktu, sosial budaya, dan keadaan lingkungan. Latar mendukung
atau menguatkan tindakan para tokoh cerita. Latar memantapkan
peristiwa-peristiwa di dalam cerita atau lakon drama. Latar memberikan pijakan
cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu,
yang seolah-olah sungguh –sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995:17).
Latar
pada drama Bapak ini adalah sebuah
rumah di kota Yogyakarta. Di saat kondisi Negara kacau karena serangan tentara
kolonial tahun 1949. Latar percakapan tokoh secara keseluruhan terjadi di ruang
tamu. Berikut analisis latar secara umum yang terdapat pada prolog.Drama ini
terjadi pada tanggal 19 Januari 1949, sebulan sesudah tentara kolonial Belanda
melancarkan aksi agresinya yang kedua dengan meerbut kota Republik Indonesia,
Yogyakarta.Tentara kolonial telah pulang siap siaga untuk melancarkan serangan
kilat hendak merebut sebuah kota strategis yang hanya dipertahankan oleh satu
batalyon TNI.Di kota itulah SI BAPAK dikagetkan kedatangan putra sulungnya yang
mendadak muncul setelah bertahun merantau tanpa kabar berita.
Pada
bagian lain dijelaskan suasana kota yang dipenuhi aktivitas militer.
Sulung
: Hu…uh, kota tercintaku ini sudah berubah wajah. Dipenuhi penghuni berbaju
seragam menyandang senapan. Dipagari lingkaran kawat berduri. Dan wajahnya kini
menjadi garang berhiaskan laras-laras senapan mesin. Tapi di atas segalanya,
kota tercintaku ini masih tetap memperlihatkan kejelitaanya.
Bapak
: Begitulah nak, suasana kota sedang
dicekam darurat-perang.
Dengan
suasana demikian, juga mendukung konflik dramatik yang berujung pada keputusan
Bapak menembak anaknya yang mata-mata musuh. Serta keinginan Bapak untuk
tinggal di rumahnya.
Bapak
: Tidak! Aku tidak akan pergi. Aku akan tetap di sini. Mereka pasti akan segera
kemari. Mereka akan menjumpai jenazah abangmu. Dan, aku akan bikin perhitungan
dengan mereka. Pistol ini akan memadailah untuk itu.
Terdengar
ledakan bom-bom menggemuruh, bersusul tembakan meriam-meriam.
Bapak :
Cepat pergilah! Cepat!
Perwira
yang telah mengambil barang-barang sitaan, cepat-cepat menarik tangan Si
Bungsu. Keduanya berlari keluar, tapi henti sejenak di ambang.
2.2.3 Tokoh dan
Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita dan perwatakan
merupakan unsur intrinsik yang sangat penting. Tokoh – tokoh dalam drama ini
adalah Bapak, Si Sulung, Si Bungsu,Perwira.Dalam drama ini, Bapak menjadi dapat
disebut sebagai tokoh utama, melihat keterkaitannya dengan lain yang sangat
banyak, mulai awal hingga akhir adegan.
Sulung : Menyesal ya Bapak, rupanya kita berbeda kutub dalam
tafsir makna.
Bapak: [……] nak, kaupun tahu aku tidak pernah memaksakan
kehendakku pada anak-anakku. Bila ada anakku yang yakin masa depannya ada di
daerah pendudukan, akan lebih membahagiakan hidupnya, silahkan pergi. Begitulah
bila adikmu mantap untuk mengungsi kesana, silahkan pergi bersamamu. Tapi
adikmu dibesarkan dalam alam kemerdekaan, jadi dia tentulah dapat menilai arti
kemerdekaan…. Dan kurasa bukanlah soal pernikahannya dengan TNI yang menjadi dasar
timbangrasa, timbang hatinya tapi pengertian cintanya pada bumi pusakanya!
Bapak: Apa saja yang
kau temukan disana?........................
Perwira: Sebuah alat pemancar-isyarat radio. Dan yang ku bawa
ini……………
Bungsu: Abang!
Bapak : Tak perlu ia
diratapi lagi, nak!
Bapak :Tidak! Aku
tidak akan pergi. Aku akan tetap di sini. Mereka pasti akan segera kemari.
Mereka akan menjumpai jenazah abangmu. Dan, aku akan bikin perhitungan dengan
mereka. Pistol ini akan memadailah untuk itu.
Dari uraian di atas selain Bapak disebut sebagai tokoh utama
bapak juga merupakan tokoh protagonis dilihat dari sisi perjuangannya membela
bangsa. Dan dari segi perwatakan Bapak termasuk flat character karena tidak
mengalami perubahan nasib hingga akhir kisah. Sedangkan tokoh Sulung merupakan
tokoh antagonis karena menjadi lawan Bapak dalam cerita ini. Sulung mengalami
perubahan nasib, yaitu dia mati dibunuh Bapak. Karena itu, dia disebut juga
sebagai round character. Selanjutnya tokoh Bungsu dan Perwira. Bungsu dan
Perwira dikatakan sebagai tokoh pembantu. Bungsu adalah adik Sulung, sedangkan
perwira adalah prajurit TNI merupakan tunangannya. Dari segi perwatakan, Bungsu
dan Perwira mengalami flat character. Tidak ada perubahan nasib.
2.2.4 Tema
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan
cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar
cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik. Dalam naskah drama Bapak ini menyimpulkan bahwa Bapak ingin
mempertahankan kemerdekaan bangsa walaupun Sulung menolak dan menertawakannya.
Jadi tema naskah drama Bapak ini
adalah seorang patriot tentu memperjuangkan kemerdekaan bangsanya walaupun
harus mengorbankan segalanya.
2.2.5 Amanat
Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra. Amanat
naskah drama Bapak ini adalah kita
sebagai bangsa yang cinta akan negara kita, harus mempertahankan kemerdekaan
tanah air kita dari tangan penjajah walaupun harus mengorbankan segalanya. Hal
ini bisa kita lihat dari sikap Bapak yang menembak mati putra sulung yang amat
disayanginya tersebut karena Bapak mengetahui Si Sulung adalah mata-mata
tentara kolonial, walaupun Bapak sungguh kecewa kepada putra sulungnya itu,
namun itu semua Bapak lakukan demi menyelamatkan Negara dari penjajah.
2.3 Apresiasi Tingkat Tiga naskah drama Bapak
Permasalahan yang diangkat
pengarang dalam drama ini adalah adanya perbedaan ideologi antara Bapak dengan
Sulung. Bapak dengan kukuh berusaha meyakinkan Sulung untuk kembali
mempertahankan kemerdekaan bangsa. Namun karena Sulung telah hidup lama di luar
negeri, sulung berpikir praktis dengan mengambil keputusan berdasarkan asas
manfaat. Dirinya tidak peduli walaupun menjadi kaki tangan musuh, dan bangsanya
musnah asalkan dirinya sendiri selamat.
Tidak hanya itu saja pengarang
juga ingin menunjukkan adanya sejarah pertentangan-pertentangan yang dialami
bangsa-bangsa di setiap Negara, termasuk Indonesia pada masa penjajahan.
Pertentangan tersebut, dicontohkan pengarang, dialami Bapak dengan Sulung. Bapak
dengan keyakinan timur, dan sulung denagn pemikiran barat. Bahkan hingga saat
ini, mungkin penjajah tidak lagi melakukan serangan fisik, namun sebenarnya
adalah melalui perang pemikiran. Dan penjajahan tersebut telah ada sejak
pemerintahan Hindia-Belanda menduduki Indonesia.
BAB III
SIMPULAN
3.1
Simpulan
DAFTAR
RUJUKAN
Horison,
Naskah Drama Bapak karya B. Soetarto.
www.cybersastra.com. [21 Mei 2012]
Nurgiyantoro,
Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar