Free Angel ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Indry Wild Blood: Januari 2013

Rabu, 02 Januari 2013

TINJAUAN FEMINISME PADA CERPEN “CATATAN SEORANG PELACUR”






TINJAUAN FEMINISME PADA CERPEN “CATATAN SEORANG PELACUR”



MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas akhir mata kuliah Sosiologi Sastra



oleh
         
Indri Lestari
100210402103




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012

 


SINOPSIS



Cerpen “catatan seorang pelacur “ bercerita tentang refleksi panjang seorang wanita penghibur bernama Neng Sum tentang kehidupan yang ia jalani saat itu. Refleksi panjang tersebut ia curahkan dalam buku hariannya yang menjadi teman setianya menjalani hari-hari yang penuh tantangan.menurutnya buku harian adalah tempat mencurahkan segala hal yang bersifat pribadi, suatu rahasia yang dapat meringankan beban jiwa.

Persoalan cinta adalah persoalan yang pertama terlintas di benaknya. Di dalam kamar kosong, di depan buku hariannya, bagi dirinya yang telah terlanjur bergelimang lumpur, maka cinta ( dalam arti suami-istri) adalah omong kosong. Ia pernah menikah namun kembali ditengah masyarakat yang begitu membenci dan mengutuki pelacuran, para lelaki merasa janggal, aneh, melihat kehadirannya di tengah kehidupan mereka yang sopan.

Malam itu, lelaki terakhir yang ia layani adalah mantan tetangganya. Seorang lelaki yang tidak menjaga kesetiaannya, ia mencari kenikmatan di luar lantaran istrinya belum mau punya anak lagi. Ia tak dapat membayangkan seandainya saat itu istrinya memergokinya.



Terlintas di benaknya lagi penghidupan yang hitam dihadapanya, tanpa batas waktu kapan akan berakhir. Ia hidup sebatang kara, meskipun ia masih punya keluarga, tetapi mereka malu dan menganggap kehadirannya ditengah mereka adalah sebuah angka nol. Saat ini ia berpikir bahwa hidup selanjutnya betul-betul berada di tangan sendiri. Apakah mau dihancurkan atau membinanya.

Dalam keterpurukannya itu ia juga sadar, ia tidak mau seperti Aisah yang menghamburkan uang demi cinta palsu setiap lelaki. Setelah beberapa hari kembali lagi menjadi seorang pelacur. Ia juga tak mau seperti Emi yang menghamburkan uang dengan makan makanan mewah, minum minuman keras, mabok. Setelah itu ia kembali menjadi pelacur dan merati hidupnya.

Neng Sum berusaha menghindari kehidupan seperti Aisah dan Emi tersebut. Ia berencana setelah mengumpulkan uang secukupnya ia akan mengucapkan slamat tinggal pada penghidupan yang memalukan ini. Dengan uang tersebut ia akan berusaha berdagang dan dalam pada itu untuk sementara menutup pintu bagi cinta yang bersifat spekulasi.













BAB I

PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sastra berarti “karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya”. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Karya sastra sedikit banyak memberikan gambaran tentang masalah kemasyarakatan. Karya sastra sering pula tidak dapat dipisahkan dari gejolak atau keadaan masyarakat yang melibatkan penulis dan terkadang juga pembacanya. Pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan disebut pendekatan sosiologi sastra (Damono, 1979: 2).

Karya sastra sebagai hasil ciptaan pengarang yang terikat dengan status sosial tentu mempengaruhi hasil karyanya. Berbicara tentang kepengarangan, dewasa ini semakin marak munculnya perempuan pengarang yang menyuarakan pandangan feminismenya. Sejak gerakan feminisme dimulai beberapa abad yang lalu persoalan akan kesetaraan gender tiada habis-habisnya. Di sisi lain orang ramai-ramai memperjuangkan persamaan hak dan perlakuan diskriminasi terhadap perempuan, namun di sisi lain pula penindasan dan diskriminasi masih terus terjadi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Feminisme itu sendiri berasal dari kata Feminism (Inggris) yang berarti gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Pengertian feminisme juga dikemukakan oleh Kutha Ratna yang mendefinisikan feminisme secara etimologis berasal dari kata femme (woman), yang berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, sebagai kelas social.

Perjuangan feminisme tersebut dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya lewat karya sastra. Dalam karya sastra membicarakan feminisme berarti membicarakan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam perspektif gender. Dalam makalah ini penulis hendak menganalisa cerpen berjudul “ Catatan Seorang Pelacur” karya Putu Arya Tirthawirya dengan kajian feminisme sastra



1.2  Rumusan Masalah

Bagaimanakah tinjauan feminisme dalam cerpen “Catatan Seorang Pelacur” karya Putu Arya Tirthawirya?



1.3  Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana tinjauan feminisme dalam cerpen “ Catatan Seorang Pelacur” karya Putu Arya Tirthawirya








BAB II

PEMBAHASAN



2.1 Feminisme

Secara etimologi, feminisme berasal dari kata femme (woman), berarti perempun (tunggal) yang berjuang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, feminisme adalah suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan untuk mengubah keadaan tersebut.

Ada tiga ciri feminisme, yaitu: 1) menyadari akan adanya ketidakadilan gender; 2) memaknai bahwa gender bukan sebagai sifat kodrati; 3) memperjuangkan adanya persamaan hak. Sejarah dunia menunjukkan bahwa secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) khususnya dalam masyarakat yang patriarki sifatnya.

Apabila dipandang dari sudut sosial, feminisme muncul dari rasa ketidakpuasan terhadap sistem patriarki yang ada pada masyarakat. Patriarki meletakkan perempuan sebagai laki-laki yang inferior. Kekuatan digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan sipil dan rumah tangga untuk membatasai perempuan. Feminisme sering dikaitkan dengan emansipasi, tetapi keduanya memiliki perbedaan.  Emansipasi cenderung lebih menekankan pada partisipasi perempuan dalam pembangunan tanpa mempersoalkan hak serta kepentingan perempuan yang selama ini dirasa tidak adil. Perempuan dalam pandangan feminisme mempunyai aktivitas dan inisiatif sendiri untuk memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut dalam berbagai gerakan.



2.2  Tinjauan feminisme dalam cerpen “ Catatan Seorang Pelacur”



Tinjauan dalam kajian feminisme hendaknya mampu mengungkap aspek ketertindasan wanita atas diri pria (Kutha Ratna: 2007). Teori sastra feminis juga melihat bagaimana nilai-nilai budaya yang dianut suatu mayarakat, suatu kebudayaan, yang menempatkan perempuan pada kedudukan tertentu serta melihat bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi hubungan antara perempuan dalam tingkat psikologis dan budaya.

Dalam cerpen “ Catatan Seorang Pelacur” tergambar dengan jelas bagaimana kehidupan seorang pelacur benama Ning Sum yang terasing dari kehidupan yang baik-baik. Dalam cerpen tersebut Ning Sum menggambarkan bahwa wanita sebenarnya hanya obyek seks semata laki-laki.

“ Mereka telah kehilangan tubuhku yang sebetulnya dapat mereka jadikan mangsa yang nikmat waktu napsunya mengubah mereka menjadi drakula atau seekor kucing kelaparan yang dimatanya aku adalah seekor tikus betina”

Suatu kenyataan pula bahwa laki-laki tidak pernah bisa menjaga kesetiaannya baik-baik. Mereka hanya berpura-pura setia.

“ Pak, kan sudah punya istri yang masih muda lagi cantik” gurauku menyambutnya.

“ Tapi dia belum ingin punya anak lagi” jawabannya dengan senyuman yang membungkus kehausan dan mata seekor vampir sewaktu aku melepaskan pakaian dan dia mencegahku setengah mati ketika aku pura-pura memadamkan lampu.

Kehidupan yang ia jalani sebelumnya memang sungguh menyakitkan baginya. Ketika ia sudah melepaskan diri dari pekerjaan yang hina itu, menikah dan mencoba hidup baik-baik, ia mendapati kehidupan yang jauh dari bayangannya, setelah ia hidup di tengah masyarakat yang sangat membenci dan mengutuki pelacuran. Bahkan keluarganya pun menganggap kehadirannya adalah angka nol bahkan keluarganya bersyukur jika ia tidak muncul lagi di mata mereka.

Hal ini menggabarkan bahwa nilai-nilai budaya yang dianut suatu masyarakat menempatkan wanita pada posisi tertindas dan terasing dari kehidupan. Hal ini berlaku umum di masyarakat kita, profesi semacam pelacur dianggap sebagai profesi yang kotor dan penuh dosa, tanpa disadari bahwa terkadang banyak wanita yang menjadi pelacur lantaran penghidupan yang susah dan berat.

 Dari cerpen tersebut, suatu hal positif dapat diambil dari sikap tokoh Neng Sum yang begitu tegar menghadapi kehidupannya saat itu.  Ia tidak mau seperti Aisah dan Emi yang hancur hidupnya karena cinta buta para lelaki. Sebagai wanita yang tegar ia memiliki rencana hidup, yaitu keluar dari kehidupan yang dicap kotor ini dan memulai hidup baik-baik. Dan satu hal lagi, ia akan menutup diri dari cinta bersifat spekulatif.

 Lewat cerpen ini, Putu Arya Tirthawirya ingin menyampaikan bahwa perempuan seperti Neng Sum yang dicap kotor di tengah masyarakat perlu dihormati dan dihargai. Mereka juga menjalani kehidupan semacam itu bukan karena apa-apa tetapi karena persoalan hidup yang menghimpit. Sebenarnya juga, wanita-wanita malam yang berseliweran dan menjadi mangsa laki-laki juga memiliki impian hidup baik-baik dan normal seperti yang lainnya.








BAB III

KESIMPULAN



Secara etimologi, feminisme berasal dari kata femme (woman), berarti perempun (tunggal) yang berjuang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. feminisme adalah suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan untuk mengubah keadaan tersebut

Memang persoalan feminisme memang tiada habisnya. Bahkan mungkin akan terus berlanjut. Namun perjuangan feminisme juga tidak pernah berhenti. Termasuk juga lewat karya sastra. Lewat karya sastra banyak pesan yang disampaikan terkait persoalan feminisme, seperti dalam cerpen catatan seorang pelacur. Perempuan hendaknya bebas dari diskriminasi hak dalam kehidupan tak peduli apapun profesi yang dijalaninya. Jangan karena ia seorang pelacur lalu kita mengucilkannya dari kehidupan.










DAFTAR PUSTAKA



Djoko Damono, Sapardi. 1979. Sosiologi Sastra : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Departemen Pendidikan Nasional. 1995.  Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan Kedua, Jakarta: Balai Pustaka

Hoerip, Satyagraha, Editor. 1986. Cerita Pendek Indonesia IV. Gramedia. Jakarta

Kutha Ratna, Nyoman. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta : Pustaka