Free Angel ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Indry Wild Blood: Desember 2011

Jumat, 23 Desember 2011

Apresiasi Prosa Pada Pelataran Cerpen "Hujan"


 APRESIASI PROSA PADA PELATARAN CERPEN “HUJAN”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Prosa yang dibina oleh : Drs. Mujiman Rus Andianto, M.Pd.


oleh
Indri Lestari
Nim 100210402103


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011







Analisis Pelataran pada Cerpen “Hujan” karya Sutarji Calzoum Bachri.
Indri Lestari
Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
ABSTRAK
Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelataran yang ada di dalam cerpen “Hujan” karya Sutarji Calzoum Bachri.
Kata kunci : Kajian semiotik, Cerpen, Pelataran













Pengantar

Dunia kesastraan mengenal prosas sebagai salah satu genre sastra disamping genre-genre yang lain. Sastra adalah suatu seni yang hidup bersama-sama dengan Bahasa. Tanpa bahasa sastra tidak mungkin ada. Melalui bahasa ia dapat mewujudkan dirinya berupa sastra lisan, maupun tertulis. Walaupun perwujudan sastra menggunakan bahasa, kita tidak dapat memisahkan sastra dari bahasa, ataupun membuangnya dari peradaban bahasa itu sendiri, karena itu merupakan suatu perbuatan yang sangat biadab, Karena sastra adalah sebuah “hidup” bagi seorang penulis.
Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri,serta interaksinya dengan Tuhan.Fiksi m,erupakan hasil dialogkontemplasi,dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Oleh karena itu,bagaimanapun fiksi merupakan sebuah cerita,dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca disamping tujuan estetik. Fiksi dapat diartikan sebagai cerita rekaan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua karya yang mengandung unsur kenyataan disebut sebagai karya fiksi.
Novel dan cerita pendek merupakan dua bentuk sastra yang sekaligus disebut fiksi,dengan demikian pengertian fiksi seperti dikemukakan diatas, juga berlaku untuk novel. Cerpen sesuai dengan namanya,adalah cerita yang pendek.Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya,tak ada kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Novel dan cerpen sebagai karya fiksi mempunyai persamaan,keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang sama,keduanya dibangun dari dua unsur intrinsik dan ekstrinsik. Novel dan cerpen sama-sama memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang dan lain-lain.
Karya sastra dengan keutuhannya secara semiotik dapat dipandang sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk, karya sastra secara tertulis akan memiliki sifat kerungan. Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda menanda yang menyiaratkan makna semiotik. Dari dua tataran (level) antara mimetik dan semiotik (atau tataran kebahasaan dan mistis) sebuah karya sastra menemukan keutuhannya untuk dipahami dan dihayati.
Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan.
Cerpen yang akan saya apresiasi adalah cerpen  karya Sutarji Calzoum Bachri yang berjudul “Hujan”. Yang ingin saya apresiasi adalah tentang pelatarannya. Cerpen ini telah banyak mengisyaratkan simbolisme yang tidak dapat kita artikan secara realita, sehingga dibutuhkan pengkajian secara semiotik. Kiranya cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika cerpen itu dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas.












Pembahasan
·        Cerpen
Hujan
Hujan menggelitik pepohonan di halaman, membasuh dahan, menggertap di atap, dan membangunkan Ayesha, gadis enam belas tahun yang tadinya nyenyak lelap di kamar.
“Alhamdulillah hujan,” bilang Ayesha sambil turun dari ranjang dan melangkah ke ruang depan. Ayesha memang senang pada hujan.
Jika hujan datang, ia serasa kedatangan teman yang akrab. Tapi, Ayesha tak membukakan pintu bagi sahabatnya itu. Ia hanya menyibakkan gorden di ruang depan dan dari kaca jendela diamatinya hujan di halaman. Ia juga tak mengucapkan selamat datang. Buat apa, hujan selalu selamat. Kalau kata-kata semacam itu diucapkan bakal berlebihan, pikir Ayesha.
Bermula karena merajuk pada matahari, ia beranjak senang pada hujan. Itu ketika masih usia sekitar lima tahunan, ketika ikut-ikutan ibunya memindahkan anak tanaman suplir ke halaman yang lantas remuk redam dibantai panas siang.
Kini, sudah lama ia tak benci matahari, tapi tetap saja ia lebih senang pada hujan. Dari hari ke hari, dari hujan ke hujan ia selalu semakin senang pada hujan. Di kelas, jika hujan datang ia selalu menatap ke luar. Guru mula-mula kesal, tapi akhirnya dibiarkan. Bagaimana pun, ia anak yang pintar. Ayesha selalu masuk dalam rangking terbaik di kelasnya.
Tidak sekadar senang pada hujan, kemudian ia pun bertanya-tanya sendiri tentang hujan. Bukan cuma butir-butir air yang mengucur di langit. Bukan hanya butir-butir runcing di ubun-ubun ketika orang lewat di jalan. Pastilah ada sesuatu yang lain dari hujan, begitu pikir Ayesha. Lantas, setiap hujan datang ia selalu menyapa, apakah hujan. Hujan menjawab dengan hujan. Dengan gemericik air, dengan gemertap di atap, dengan butir-butir dingin dan segar yang bersambungan sampai langit.
***
Kini, dalam jenjang usia enam belas, bagian-bagian tubuhnya elok membesar, bersama hati dan pikiran yang ikut berkembang. Dari hujan ke hujan, hujan semakin membukakan diri selapis-selapis padanya. Dan ia mulai semakin paham hujan. Lewat kaca jendela, ditatapnya hujan yang sedang membukakan makna. Butir-butir air lebat bersama angin menyibakkan dedaunan di halaman, dan pada dedaunan itu hujan menjadi dedaunan hujan. Deras hujan meniti-niti pagar dan pada pagar itu ia menjadi pagar hujan.
Lihatlah, hujan meloncat-loncat dari ranting ke ranting dan menjadi ranting hujan. Hujan pun berkisar dan mengusap-usap mawar, dan pada mawar itu menjadi mawar hujan. Lantas, pada buah jambu hujan menggelembung dan menjadi buah hujan.
Ayesha ingin memetik buah hujan tanpa menanggalkan jambu. Ia ingin meraih mawar hujan tanpa mengganggu mawar halaman. Ia ingin meniti dahan dan menyibak-nyibak ranting hujan tanpa mematahkan ranting dan membebani dahan itu. Ia ingin berjingkat pada pagar hujan tanpa menginjak besi pagar. Ia ingin, tapi ia tak mau membuka pintu melangkah ke luar dan masuk ke dalam hujan.
“Buat apa? Bercakap-cakap dengan hujan, memetik hujan, bukanlah harus berhujan-hujan. Engkau memetik makna ucapan orang, tidaklah harus masuk ke mulut orang atau memetik lidahnya,” bilang Ayesha.
***
Dan ia pun kini paham, hujan di luar mengajak bangkit hujan yang di dalam dirinya. Nyanyi hujan di atap, lambaian hujan pada dedaunan, dan kaki-kaki hujan di halaman terus memanggil-manggil. Jangan engkau bilang bunyi hujan. Hujan bukan sekadar gertap di kaleng Khong Guan, misalnya. Bagi Ayesha, hujan adalah ucapan yang mendedah sastra, nyanyi, musik, atau tari. Lihatlah, hujan menyibak-nyibakkan tarian pada dedaunan dan melantun anggun pada dahan dan batang.
Terpagut pada tari hujan, Ayesha mulai bersijingkat ke tengah ruangan dan segera melangkahkan tarian. Bagai angsa mengarungi telaga, ia pun asyik melayarkan tari. Ah, tidak tepat benar seperti angsa. Angsa tak pernah basah dengan tarian, sedangkan Ayesha melulu basah dengan tarian. Namun, jika engkau cicip tengkuk atau sikunya, kau takkan merasakan asin keringat di sana. Arena yang basah itu hujan.
Ia telah menjadi hujan sekarang. Ia menderas dari pojok ke pojok ruangan menarikan hujan. Bila piroutte ia putarkan, hujanlah yang memutarkan. Sesaat ia tegak tenang, membuat batang hujan dari lekuk tubuhnya dan membiarkan rintik-rintik tari merajut-rajut rambut hujan di tengkuknya. Lantas, jari-jemari kakinya meniti-niti tari sambil membiarkan tempias tari di lantai. Maka, lantai ruangan ikut basah dengan tarian. Lihatlah, ia menekukkan lutut dan tangan anggun tarinya memetik kuncup hujan yang perlahan-lahan berkembang menjadi mawar hujan ke seluruh badan. Lalu, datanglah kupu-kupu hujan dari negeri yang jauh menangkup telinganya, membuahinya dengan rintik-rintik musik dari negeri kekal yang dekat sekaligus jauh.
Kini, Ayesha telah memiliki buah dan mawar hujan. Sekarang ia telah sampai pada kematangan hujan. Jika tarinya membelai mawar hujan, hujanlah yang membelaikannya. Bila ia memetik musik hujan, hujanlah yang memetikkan
***
Dalam puncak hujan tarinya itu, tiba-tiba pintu dibuka dari luar. Ayesha tersentak, dan putuslah tarian. Ibunya pulang dari supermarket terperangah sesaat melihat lantai basah dan Ayesha yang tertegun bagaikan patung yang masih menangkap sisa hujan.
Ibu memandang langit-langit. Kering, tak ada basah di sana. Ia pun tersenyum, lantas ia letakkan plastik belanjaan di sofa dan pergi mengambil handuk di kamar.
“Rupanya engkau mengembara lagi, Ayesha,” ujarnya sambil mengelap tubuh anaknya yang masih terpancang diam dan menyimpan hujan. Dan gumpalan jari-jemari katun handuk itu perlahan-lahan mengembalikan Ayesha pada dunia yang kering kerontang.



A.        Kajian Semiotik  dalam Apresiasi Latar Cerpen “Hujan”
Dari defenisi yang diungkapkan oleh Aart Van Zoest yang mengatakan bahwa semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda dan segala yang berhubungan dengannya. Sehingga Karya sastra dengan keutuhannya secara semiotik dapat dipandang sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk, karya sastra secara tertulis akan memiliki sifat keruangan. Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda menanda yang menyiaratkan makna semiotik. Dari dua tataran (level) antara mimetik dan semiotik (atau tataran kebahasaan dan mistis) sebuah karya sastra menemukan keutuhannya untuk dipahami dan dihayati. Tanda dalam sebuah bahasa mengacu pada suatu keadaan dalam cerita karya sastra. Salah satu jenis karya sastra yang mengandung banyak tanda yaitu karya fiksi berbentuk prosa. Prosa merupakan karya sastra yang bersifat naratif. Jenis prosa ada dua yaitu novel dan cerita pendek. Pembeda dari novel dan cerita pendek hanyalah terletak dalam panjang-pendek suatu cerita tersebut. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan. Cerita Pendek merupakan suatu bentuk karya sastra yang juga terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan secara terpusat. Cerita pendek yang berjudul “Hujan” karya Sutarji Calzoum Bachri ini mengisahkan tentang seorang gadis enam belas tahun yang begitu mencintai Hujan.
B.        Apresiasi  Latar pada cerita pendek “Hujan”
Latar atau setting adalah penggambaran terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita meliputi tempat, waktu, sosial budaya, dan keadaan lingkungan . ada juga yang mengartikan Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar atau setting berfungsi sebagai latar yang berisfat fisikal untuk membuat cerita menjadi logis. Latar juga memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca menciptakan suasana tertentu yang seolah olah sungguh – sungguh ada dan terjadi.  Pembaca cerpen “Hujan” dengan demikian merasa dipermudah untuk mengoprasikan daya imajinasinya, di samping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Pembaca cerpen “Hujan” juga dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab. Latar dibedakan menjadi  tiga macam yaitu : Latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

1.      Latar Tempat
Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Adapun latar tempat yang terdapat dalam cerpen Cerpen “Hujan” karya Sutarji Calzoum Bachri ialah ruangan dalam rumah Ayesha. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini :
“ Terpagut pada tari hujan, Ayesha mulai bersijingkat ke tengah ruangan dan segera melangkahkan tarian.
Lantas, jemari-jemari kakinya meniti-niti tari sambil membiarkan tempias tari di lantai. Maka, lantai ruangan ikut basah dengan tarian.
Dalam puncak hujan tariannya itu, tiba-tiba pintu di buka dari luar. Ayesa tersentak dan putuslah tariannya”.

2.  Latar Waktu
 Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Adapun latar waktu yang terdapat dalam cerpen Cerpen “Hujan” karya Sutarji Calzoum Bachri ialah ketika Hujan. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan dari alinea pertama cerpen tersebut.
“Hujan menggelitik pepohonan di halaman, membasuh dahan, menggertap di atap, dan membangunkan Ayesha, gadis yang enam belas tahun yang tadinya nyenyak di kamar”.

3.    Latar Sosial
Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial. Adapun latar sosial kehidupan yang terdapat dalam cerpen Cerpen “Hujan” karya Sutarji Calzoum Bachri ialah sebuah kehidupan yang sederhana. Ini terlihat pada kutipan di bawah ini :

“Ibunya pulang dari super market terperangah sesaat melihat lantai basah. Supermarket disini menunjukkan keluarga ayesha adalah keluarga yang sederhana. Tidak kekurangan atau sangat berkecukupan”.



















Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap Cerpen “Hujan” karya Sutarji Calzoum Bachri ini, maka saya dapat menyimpulkan bahwa Cerpen “Hujan” karya Sutarji Calzoum Bachri ini mengisahkan tentang seorang gadis enam belas tahun yang begitu mencintai Hujan. Dan di dalam cerpen “Hujan” ini pelatarannya lengkap sekali, karena ada latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Pelataran yang ada di cerpen ini juga dijelaskan secara detail dan sangat jelas sehingga pembaca bisa mudah memahami pelataran yang ada di dalam cerpen tersebut.












Daftar Pustaka
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi .Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Selasa, 13 Desember 2011

Cara Membuat Autotext Di Hape Android

Bagi anda yang memiliki handphone android, anda tidak usah bingung mencari auto text buat handphone kesayangan anda, kali ini saya akan berbagi bagaimana membuat auto text untuk handphone android anda. Dan saya juga akan berbagai free auto text android :)

1. Anda harus instal smart keyboard pro di hp android anda..smart keyboard pro bisa anda download di android market, atau click disini
2. Download contoh autotextnya di sini  
3. Instal Smart Keyboard Pro yang sudah anda download tadi di hape.Jangan lupa letakkann file backup.zip yang udah anda download taruh di folder smartkeyboardpro yang ada di sdcard.
4. Masuk menu Pengaturan agan > pilih Bahasa dan papan tombol
5. Klik centang di Smart keyboard pro


6. Lalu klik penganturan smart keyboard pro dibawahnya.
7. Klik Backup Setting > backup to Sd card..kemudian masukan backup.zip yang sudah anda download tadi ke dalam folder smartkeyboardpro ..lalu masuk ke dalam Backup Setting > click restore from SD card
8. Trus masih dimenu settingan klik text prediction
- Auto-capitalization: on
- Quick fix: off ( agar tidak otomatis terganti begitu mengetik )
- Show suggestion: on
- Autocomplete: off ( agar tidak mengganggu (otomatis ganti kata) begitu spasi )
- Swap punctuation : off
- Space after picking : off
- Contact Dictionary : on/off
- Always suggest: on
9. Nah sekarang auto text android anda bisa untuk digunakan..untuk mengedit atau menambah auto textnya caranya mudah
- klik Custom Autotext 
- lalu klik add autotext
- kolom 1 kata yang memunculkan autotextnya..misalnya : haha
- kolom dua BB auto textnya..misalnya ╋╋╋╋╋╋╋╋╋╋ム
10. OK, sekarang bisa mulai untuk memakai ngetik dengan autotext tersebut, bisa sms, bisa untuk notes atau pun web. Pastikan input method yg dipilih adalah
smartkeyboard pro, tap rada lamaan di textbox maka muncul dialog untuk pilih input method, pilih saja smartkeyboard pro.

Jika sudah, coba ketik salah satu key dari autotext yg sudah ada, misalnya ketik "brb" maka nongol suggesstion yg terlihat berwarna oren, touch saja suggesstionnya maka autotext tsb langsung muncul di textbox
Cukup mudah kan caranya..Alhamdulillah saya berhasil menerapkan cara ini di Hp Android saya..Selamat mencoba kawand "̮♡hϱ♡hϱ♡hϱ♡"̮"̮♡hϱ♡hϱ♡hϱ♡"̮. 



Tentang Aku Dirimu dan Waktu


Aku tau kau ada disana,kau sedang menunggu..
Demikian pula denganku,
Aku dan kamu sedang menunggu
Yaa..menunggu sang waktu..
Mungkin sekarang kau juga merasakan hal yang sama denganku.
Suatu saat,,
Suatu waktu kita kan bertemu dan saling mengerti arti dari setiap waktu yangt kita tempuh untuk merasakan hal ini..
Dan inilah jawaban dari setiap doa kita
Jawaban atas penantian kita
Jawaban dari sang waktu,,yang sudah melatih kita tuk sabar
Melatih kita tuk dewasa dan terlebih melatih kita tuk mengerti akan arti dari cinta sejati.
Saat ini kita saling berjalan , sejalan namun tak merasa
Kita terlihat berbeda,jauh berbeda namun senada dan sewarna
Terlihat jauh namun hati tlah menjadi satu
Aku tak tau siapa kamu??
Kamu pun tak tau siapa aku.
Tapi waktu akan mempertemukan kita, suatu saad nanti
Dan di hati itulah kau dan aku
Akan benar benar menjadi satu
Terima kasih tuhan, kami akan menanti seturut dengan waktumuu..
o()o o()o